Seorang laki-laki dengan postur tubuh proporsional, kulit putih, tinggi dan tentu saja ganteng telah berdiri dihadapan saya dengan hanya mengenakan pakaian dalam dan siap menanti sentuhan tangan untuk didandani. Dia adalah model yang akan memperagakan pakaian hasil rancangan saya, dalam rangka memenuhi ujian akhir di salah satu sekolah fashion design dimana saya sebagai salah satu muridnya.
Sebuah kejadian yang sempat membuat terkejut, panik dan tidak tahu harus berbuat apa, kembali menari-nari di pelupuk mata ketika menyaksikan acara Jakarta Fashion Week beberapa waktu yang lalu. Dan Zahra sibungsu, sepulang sekolah membawa undangan meminta ijin untuk mengikuti audisi sebagai foto model disalah satu mall.
Kejadian yang adakalanya membuat tersenyum sendiri bila mengingat semua itu'
Kira-kira 20 tahun yang lalu, saya gemar sekali mengikuti berbagai macam kursus dan keterampilan. Aneka kursus keterampilan saya ikuti, salah satunya belajar fashion design di salah satu sekolah design yang berada di Utara kota Bandung. Pelajaran pertama yang didapatkan adalah membuat lingkaran/bulatan, dan garis lengkung berulang-ulang di lembaran-lembaran kertas lebar. Saya sendiri lupa berapa lembar yang harus dikerjakan. Sempat ada rasa bosan juga tidak tahu apa tujuan dari membuat lingkaran dan lengkungan seperti yang biasa dilakukan oleh murid Taman Kanak-Kanak. Baru belakangan saya ketahui bahwa tujuan dari semua itu untuk membuat tangan menjadi lebih lentur saat menggambar.
Sebenarnya saya tidak pandai menggambar, dengan mengikuti sekolah fashion design otomatis dituntut untuk bisa menggambar. Menuangkan ide rancangan kedalam bentuk gambar perlu latihan keras bagi saya., apalagi menggambar manusia yang biasanya dijadikan sebagai model, padahal selama di sekolah nilai menggambar tidak pernah lebih dari tujuh. Untungnya menggambar untuk sebuah rancangan baju tidak perlu terlalu sempurna bentuk kaki, tangan dan juga muka, yang penting adalah rancangan pakaian yang akan dibuat bisa dimengerti dan dibaca dengan mudah.
Setelah berbulan-bulan mendapatkan banyak teori akhirnya tibalah pada saat terakhir yaitu ujian. Untuk ujian ini setiap siswa diwajibkan membuat empat rancangan pakaian, yang terdiri dari pakaian pesta pria dan wanita, pakaian kerja dan pakaian casual. Semua rancangan ini akan diperagakan dalam salah satu pagelaran busana oleh peragawan dan peragawati profesional. Semua model telah disiapkan oleh pihak sekolah, dan masing-masing siswa hanya diberi ukuran tubuh model sebagai ukuran baju. Masing-masing model dibuat dalam satu kelompok yang terdiri dari 4 orang. Dan siswa bebas memilih kelompok model mana yang akan dijadikan modelnya. Semua kebutuhan penunjang pakaian seperti aksesoris wajib disediakan oleh siswa. Tetapi untuk sepatu jika bukan sepatu khusus mereka para model itu akan membawa sepatu sendiri-sendiri. Kita hanya menentukan warna sepatu apa yang dibutuhkan untuk menunjang penampilan. Untuk semua persiapan tersebut kami hanya diberi waktu satu bulan kerja.
Akhirnya tibalah acara fashion show sebagai ujian akhir yang diselenggarakan disebuah cafe, dengan dihadiri oleh para orang tua siswa dan beberapa desainer lokal sebagai penilai, yang akan menentukan kelulusan. Jadi yang menentukan kelulusan siswa bukan guru dari sekolah yang bersangkutan, melainkan para desainer yang memang sudah ahli dalam bidangnya.
Semua hasil rancangan para siswa sudah tergantung rapih di ruang ganti, para model juga sudah siap demikian juga seluruh undangan sudah hadir memenuhi ruangan. Sempat saya melihat sekeliling ruang ganti tidak ada sekat pemisah antara ruang ganti pria dan wanita, padahal bukankah ada model pria juga ? Melongok ruangan lainnya, ternyata memang cuma satu itu ruang gantinya. Bercampur jadi satu ruang ganti pria dan wanita.
Akhirnya tibalah acara fashion show sebagai ujian akhir yang diselenggarakan disebuah cafe, dengan dihadiri oleh para orang tua siswa dan beberapa desainer lokal sebagai penilai, yang akan menentukan kelulusan. Jadi yang menentukan kelulusan siswa bukan guru dari sekolah yang bersangkutan, melainkan para desainer yang memang sudah ahli dalam bidangnya.
Semua hasil rancangan para siswa sudah tergantung rapih di ruang ganti, para model juga sudah siap demikian juga seluruh undangan sudah hadir memenuhi ruangan. Sempat saya melihat sekeliling ruang ganti tidak ada sekat pemisah antara ruang ganti pria dan wanita, padahal bukankah ada model pria juga ? Melongok ruangan lainnya, ternyata memang cuma satu itu ruang gantinya. Bercampur jadi satu ruang ganti pria dan wanita.
Setelah acara dimulai dan para model mulai sibuk mengenakan pakaian yang akan diperagakan dengan dibantu oleh perancangnya. Saya sempat terkejut dan sedikit shock melihat para model begitu turun dari panggung dan siap berganti dengan baju berikutnya. Mereka tanpa risih sedikitpun langsung membuka pakaian hingga yang tersisa hanya pakaian dalamnya dihadapan banyak orang. Tanpa ada rasa malu dan risih sedikitpun dibawah tatapan mata semua yang hadir di ruangan itu. Heh ! kutarik nafas panjang dan mengelus dada. Memang hanya ada sedikit waktu tersisa untuk para model itu berganti pakaian, sehingga mereka melakukan semua itu dengan cepat. Dan begitulah yang mereka lakukan setiap berganti pakaian, dari satu pakaian ke pakaian lainnya. Dari satu catwalk ke catwalk lainnya.
Seperti yang sudah diceritakan diatas tiba-tiba dihadapan sudah berdiri model pria yang siap mengenakan pakaian hasil rancangan saya. Sempat kaget dan tidak tahu harus berbuat apa, ini untuk pertama kalinya berdiri dihadapan saya seorang pria dengan hanya mengenakan pakaian dalam, dengan jarak yang sangat dekat, siap menunggu sentuhan tangan untuk didandani. Saya cukup risih dengan keadaan tersebut karena saat itu status masih single, dan kebanyakan saudara juga wanita sehingga situasi tersebut membuat sedikit rikuh.Walaupun pernah juga melihat model pria dengan hanya mengenakan pakaian dalam disalah satu majalah, tetapi berhadapan langsung dengan seorang pria dalam jarak yang cukup dekat dengan hanya mengenakan pakaian dalam belum pernah saya alami. Tapi yang bersangkutan cuek saja karena mungkin itu memang sudah menjadi pekerjaannya dan sudah biasa baginya sebagai seorang model. Sempat melirik teman yang merancang pakaian muslim, dia lebih terlihat canggung. Apalagi yang bersangkutan sudah menutup auratnya dengan hijab.
Dunia fashion show memang masih baru untuk saya. Itulah satu-satunya fashion show yang saya ikuti, mengikuti acara fashion show sebagai salah satu syarat kelulusan. Alhamdulillah akhirnya mendapatkan nilai tertinggi dan mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik. Dunia fashion show telah membuat saya sedikit terperangah dengan kebiasaan para model berganti pakaian, tidak ada rasa risih sama sekali bagi mereka untuk membuka pakaian dihadapan banyak orang. Juga keharusan para perancang untuk mendandani para modelnya telah membuat saya terkejut dan terperangah. Pikiran nakal saya sempat muncul, mungkinkah ini salah satu penyebab para desainer pria akhirnya memilih untuk tidak menikah, karena sudah terbiasa melihat bagian dalam tubuh wanita sebagai modelnya. Wallahuallam Bissawab.
Menutup aurat untuk wanita muslimah wajib hukumnya sehingga ketika Zahra sibungsu, meminta ijin untuk mengikuti audisi sebagai model cilik di salah satu mall saya keberatan. Masih terbayang bagaimana para model berganti pakaian, namun juga tidak ingin mematahkan rasa ingin tahu si bungsu. Akhirnya saya kembali membuka foto-foto lama ketika mengikuti ujian akhir di sekolah fashion design dan memberikan pengertian padanya tentang alasan ketidaksetujuan saya. Bercerita sesuai pemahamannya bagaimana para model itu berganti pakaian pada saat fashion show. Alhamdulillah akhirnya dia mengerti dengan penjelasan saya dan lebih memilih menari sebagai hobinya.
Menutup aurat untuk wanita muslimah wajib hukumnya sehingga ketika Zahra sibungsu, meminta ijin untuk mengikuti audisi sebagai model cilik di salah satu mall saya keberatan. Masih terbayang bagaimana para model berganti pakaian, namun juga tidak ingin mematahkan rasa ingin tahu si bungsu. Akhirnya saya kembali membuka foto-foto lama ketika mengikuti ujian akhir di sekolah fashion design dan memberikan pengertian padanya tentang alasan ketidaksetujuan saya. Bercerita sesuai pemahamannya bagaimana para model itu berganti pakaian pada saat fashion show. Alhamdulillah akhirnya dia mengerti dengan penjelasan saya dan lebih memilih menari sebagai hobinya.