Loading

Jumat, 15 Januari 2016

Boleh tidak pacaran ?

Boleh tidak pacaran ? itu dulu yang sering ditanyakan oleh si sulung ketika memasuki usia remaja. Pacaran merupakan perkenalan antara dua orang manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga/pernikahan ( Wikipedia).
Tetapi untuk anak-anak yang baru memasuki usia remaja tentu saja masih jauh jika tujuan pacaran itu mengarah pada suatu perkawinan, sehingga saya lebih setuju jika pacaran dalam istilah mereka adalah suatu "persahabatan antara laki-laki dan perempuan" untuk lebih saling mengenal lebih dekat dengan tetap berada dalam jalur norma/etika dan kesopanan.

Kembali pada cerita boleh/tidak pacaran ? inilah pengalaman saya dengan si sulung mengenai yang anak-anak remaja katakan sebagai "pacaran".
Pagi hari biasa diisi dengan kesibukan rumah tangga dan kali ini entah mengapa disaat  tengah memasak  tiba-tiba sisulung mendatangiku didapur, mungkin dia sudah tidak tahan untuk bicara.
" Mah, aku mau cerita, boleh kan ? " 
" Cerita saja jawabku sambil terus mengaduk bumbu opor yang telah masuk kedalam wajan ". Aroma harum bumbu opor sudah mulai menggoda menambah semangat saya untuk mulai mendegar curhatan sulungku. Opor ayam juga menjadi masakan favoritnya, rupanya diapun tidak tahan untuk membawa opor sebagai bekal makan siangnya. Salah satu kebiasaannya dari kecil hingga sekarang membawa bekal nasi dari rumah. Hari itu jadwalnya berlatih basket.


Dia yg selalu jadi pengawal jika Papahnya tidak bisa mengantar

Maka mengalirlah ceritanya : 
 "Aku lagi ditaksir anak kampusku " ungkapnya. Ahahaha...........saya mulai senyum-senyum dalam hati.  Tapi ini bukan aku ke-geeran lho, Mah ! karena dulu waktu aku sama dia sama-sama satu sekolah di SMA, dia itu kan siswa yang bisa dibilang nge-top lah di sekolah, sedangkan aku ini apalah. Jangankan nyapa, senyum saja gak pernah sama aku. Eh........kok sekarang di kampus dia jadi sering nyapa dan senyum. Aku kan jadi heran dengan perubahan sikapnya itu. Kebetulan teman di kampus yang satu jurusan denganku bilang kalau dia itu "seneng sama aku", ya......aku kan jadi aneh kok dia jadi tiba-tiba berubah begitu.
"Ya, mungkin sekarang dia lihat Aa jadi lebih ganteng dan keren " kataku setengah menggoda.
"Tapi dia bukan kriteriaku, aku kurang suka dengan wanita yang terlalu nge-top di sekolah, banyak dipuja-puji karena kecantikannya bukan dipuji karena prestasinya. " Hmmmm........boleh juga kriterianya " batinku.

Aa ingat gak dulu waktu masih SMP terus senang sama teman sekelas, Aa marah kan waktu Mamah bilang jangan pacaran dulu , masih kecil  lebih baik berteman saja banyak tingkatkan kualitas diri nanti dengan sendirinya tanpa dikejarpun mereka akan tahu seperti apa kualitas diri kita.
" Iya Mah sekarang aku malah gak mau pacaran dulu sebelum jadi orang sukses " katanya lebih lanjut.

Ayah dan Bunda , saya membiasakan diri untuk membuka jalur komunikasi dengan anak-anak dalam kondisi apapun berusaha untuk mendengar curhatannya. Membiarkan anak melakukan apa yang diinginkan dengan tetap memberi pandangan positif dan negatifnya, hingga pada akhirnya dia tahu dan menyadari mengapa Mamah/Papahnya belum mengijinkan dia melakukan suatu hal yang belum saatnya dia lakukan..

Seperti aturan "pacaran" sebetulnya saya belum mengijinkan anak-anak memiliki "teman istimewa" disaat usianya masih sangat belia. Tapi tidak mudah juga menerapkan aturan tersebut, sehingga sempat terjadi adu argumen. Alasan si sulung saat itu " untuk menambah motivasi belajar " dia ingin terlihat hebat didepan teman incarannya. Ok !  kalau itu alasannya dan memang dia jadi lebih rajin dan bersemangat belajar. " Pacaran"  sebutlah istilahnya begitu. Untuk anak SMP seusianya saat itu masih sebatas jalan-jalan di Mall atau nonton  itupun dilakukan selalu ramai-ramai. Tidak ada acara malam mingguan atau jadwal kunjungan ke rumahnya. Untuk yang satu itu saya tetap menerapkan aturan ketat. Saya anggap masih dalam tarap wajar sehingga sayapun tidak keberatan. Satu hal yang saya tekankan padanya " ingat bahwa kamu membawa anak perempuan orang, jaga dia baik-baik selalu ijin dan pamit terlebih dahulu pada orang tuanya. Kemanapun kalian pergi ". Pada akhirnya itupun tidak berjalan lama berakhir begitu saja. Mungkin dia hanya ingin terlihat "keren tidak jomblo" didepan teman-temannya saat itu.

Entah apa yang terjadi setelah dia kuliah malah tidak pernah punya "teman istmewa". Sambil menggoda saya tanya kenapa ? Dia bilang " Males ah pacaran boros uang , lagian aku kalau ingin kumpul dengan teman-teman atau mau nganter Mamah repot mesti bilang sama dia. Pokoknya Mah siapapun yang dekat sama aku harus ngerti keluargaku tetap nomor satu, jika aku mau nganter Mamah dia harus mau ngalah " katanya lebih lanjut.  Alhamdulillah rupanya dia mulai faham mana yang harus didahulukan meskipun saya tidak pernah menuntutnya untuk selalu dinomor satukan.

Menjadi orang tua adalah satu anugerah yang tidak terhingga untuk saya. Memperoleh kepercayaan dari Sang Maha Pencipta untuk merawat  dan mendidik titipannya tentu tidak boleh disia-siakan. Ditengah banyak pasangan sulit untuk memperoleh keturunan walaupun mereka memiliki fisik sempurna, Alhamdulillah 2 (dua) orang anak bisa dilahirkan lewat rahim saya sendiri tanpa perlu menunggu lama setelah perkawinan kami. Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadz dzi ban (maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan ). Semoga dengan segala keterbatasan fisik yang ada pada saya bisa tetap membuat anak-anak bangga.

Pacaran atau memiliki hubungan istimewa antara dua orang berlainan jenis yang mengarah pada hubungan serius memang belum waktunya untuk anak-anak dengan usia masih sangat belia, tetapi melarang tanpa batasan yang jelas juga dikhawatirkan akan membuat anak melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi. Sehingga saya lebih memilih memberinya kepercayaan dengan persyaratan dan batasan-batasan tertentu. 

Pesan saya untuk sisulung : " Aa, tidak perlu tebar pesona, tidak perlu melakukan sesuatu yang berlebihan yang penting tingkatkan kualitas diri, tunjukkan innermu, pertebal keimananmu. Insya Allah dengan sendirinya mereka akan tahu dan melihat kualitas yang ada pada dirimu "




Bandung, 16 Januari 2016


4 komentar:

  1. wah, udah remaja ya mba anaknya..beberapa tuan mendatang anak sy juga akan seusia Aa..harus siap2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Alhamdulillah mba tidak terasa sudah besar, jadi ada teman curhat dan jalan

      Hapus
  2. Mg Allah kan mmberi mantu yg solehah

    BalasHapus
  3. Yg sayang sama keluarga

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...